THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Thursday, November 12, 2009

Fanfic Shounen-ai part 2B

BRUUKK

Aku menjatuhkan semua buku yang diberikan oleh Inohara-sensei di atas mejaku. Jumlahnya ada 7 buah. Dan tebal bukunya... cukup bisa membuat seorang Hikaru Yaotome menganga lebar saat melihatnya.

"ini semua tugasmu??" tanyanya.

Aku hanya menganggukan kepala. Tak ada lagi semangatku yang tersisa.

"sugee~..! Kapan ini harus dikumpulkan?"

"empat hari lagi.."

"EMPAT HARI??!!!!" Mereka saling berpandangan. Sepertinya niat mereka untuk mengejekku lebih baik disimpan untuk sementara.

"akan kami bantu..!" Lanjut Inoo.

"ee? hontou??"

"tapi balasannya, traktir kami!!" sambung Hikaru

"ah!! yayaya!! aku setuju!!" kataku langsung mengiyakan. Tak kusangka, teman-temanku ternyata adalah orang-orang baik. Ah... Tapi baru kusadari teman-temanku yang baik hati ini kurang satu orang..

"kemana Takaki??" kataku sambil menyeruput sekotak milktea yang diberikan oleh Yabu.

"tadi dia ke kantin. Tapi memang lama sekali.. mungkin ke toilet? toilet dilantai tiga kan sedang rusak. Jadi kita harus ketoilet anak kelas satu dibawah.." jawab Yabu.

Toilet anak kelas satu??

"menyusahkan si Takaki itu.. Aku kan lapar.. Terpaksa harus kucari dia.." keluh Hikaru agak kesal. Terlihat dia begitu berat untuk beranjak dari kursinya.

"...ah!! Biar aku saja..!!" kataku mengajukan diri.

Seketika, ketiga orang sahabatku langsung menoleh dengan tatapan aneh, disusul dengan meledaknya tawa Hikaru dan Yabu. Melihatku yang menatap mereka dengan bingung, Inoo yang hanya terseyum kemudian mendekatiku lalu membisikan sesuatu padaku.
"kau ini mudah ditebak ya, Daichan.."

Tawa Inoo pun akhirnya pecah. Aku yang tak mengerti maksud mereka hanya menatap mereka seperti orang bodoh sambil menyeruput sisa milktea-ku yang masih berisi setengah kotak.

"kau benar-benar jatuh cinta pada anak itu!!! si Chinen itu..!! Huahahaha"

Terkejut dengan perkataan Hikaru, aku tersedak. Merasakan milktea yang sedang ku minum tadi tertahan masuk tenggorokanku berdesakan dengan udara yang ku hirup. Dan beberapa tetes tumpah membasahi kemeja putihku. Menyebalkan..

"uhuk.. bu.. huk.. b-b-bukan begitu!!!"

"Ahaha!!! Lihat!! wajahnya merah!! Konyol sekali!! Huahahaha!!!"

Kesal dengan tingkah mereka, aku beranjak keluar kelas meninggalkan mereka disertai dengan beberapa sentakan kaki yang kulakukan dengan sengaja.

Masih terdengar dari koridor mereka berteriak padaku.. "GANBATTE DAI-CHAN!!" diselingi dengan tawa-tawa membahana.

-bersambung

Tuesday, November 10, 2009

Fanfic Shounen-ai Part 2A

PART 2 - Arioka Daiki POV


Akhir-akhir ini..
Aku merasa duduk di kursi dekat jendela kelas yang menghadap ke arah lapangan adalah hal yang paling terindah dalam hidupku.

Terutama tiap hari selasa. Hari ini.

"....Letak Q1 = X1/4(n+2) = X1/4(43+1) =11..."

Karna hari selasa adalah waktunya pelajaran olahraga bagi anak-anak kelas 1D.

"...jadi Q1 terletak pada data 11, yaitu 3."

Atau tepatnya.. Hari dimana aku bisa melihat dia..

"... Arioka-san..?"

Chinen Yuuri. Anak laki-laki yang memiliki senyuman termanis di dunia.

"Arioka-san..!!"

Jantungku serasa akan meledak tiap melihat senyum malaikatnya itu.

"A-RI-O-KA--SAN!!!"

Ahh~!! Lihat!! Dia tersenyum!! Uwaaaa!!! Terlalu kawaii!!! Benar-benar pemandangan indah!!!

"ARIOKA-SAAN!!!!!!"

DUKK

Aku terlonjak dari kursiku saat tiba-tiba Inohara-sensei berteriak memanggil namaku. Dan seperti reaksi orang bodoh lainya, lututku sempat membentur meja saat aku mencoba bangkit dari kursi.
"akhh!!! itai!!! y-y-ya..?!!"

Terdengar tawa membahana dari seluruh siswa di kelasku. Menyebalkan.

"apa yang kau lihat dari tadi diluar sana sampai-sampai tidak memperhatikan pelajaranku?!"

"umm.. ano~.." apa yang harus ku katakan?
apa aku harus bilang kalau dari tadi aku memperhatikan Chinen??

"jawab yang jelas!!"

"Chinen Yuuri desu! hihihi!!" celetuk seorang anak perempuan yang duduk dibelakangku.

"ah!! b-bukan!!!!"

Drastis!! Sebagian besar anak lelaki dikelasku menatapku dengan tatapan mengancam dan mengintimidasi seolah aku ini adalah saingan baru mereka. Sialan.

Mereka pasti anggota fans club Chinen Yuuri..

"a.. aku bukan homo!!!" bantahku. Terlihat orang-orang yang tadi menatapku kesal sedikit tersentak dan berubah suram karna kata-kataku tadi. Ekspresi wajah mereka seolah mengatakan "aku juga sebenarnya bukan homo.."

"aku.. melihat pertandingan sepak bola disana.."

"apapun alasannya, saya tak mau ada seorangpun siswa yang tak memperhatikan pelajaran. Silahkan kau isi jawaban soal dipapan tulis!"

Yabai!! Aku benar-benar tidak mengerti!!

Teng.. Teng..

Lonceng sekolah berbunyi. Tanda jam pelajaran matematika ini telah selesai.
Kami-sama!! Kau menolongku disaat yang tepat!!

"karna waktunya habis.. Kau ikut kekantor."

"eh?"

"aku akan memberimu tugas tambahan.."

Kami-sama mempermainkanku..

"Daichan! kami akan berdoa untukmu dari sini!! HAHAHA" teriak 4 orang sahabatku dari kursi belakang.

"Hikaru, Takaki, Yabu, Inoo.. awas kalian nanti!!" kataku mengumpat dalam hati.


-bersambung-

Tuesday, November 3, 2009

Fanfic Shounen-ai part 1G

"Kau bisa mempunyai masa depan yang lebih baik kalau saja kau tidak berteman denganku... Kau punya banyak bakat. Di gila-gilai oleh anak perempuan. Kau jenius. Kau disukai oleh banyak orang!! Tidak seharusnya kau berada diduniaku..."

Masih teringat saat dia menolak sebuah tawaran beasiswa dari sekolah ternama diluar negeri. Hanya demi aku.. Ia menolaknya hanya demi berada disisiku dan menjagaku. Aku tak bisa membiarkannya seperti itu. Walau aku begitu menyayanginya seperti saudaraku sendiri.

"hehhe..!!"

"...? apa yang kamu tertawakan?"

". . . Ucapan dan sikap tubuhmu sama sekali bertolak belakang, Chii..! Kalau kamu memelukku seperti itu, jika aku mau pergi pun aku takkan bisa.." katanya sambil tertawa geli.

Aku tersadar kemudian. Aku memeluk Yuto dengan erat. Sangat erat dan semakin erat seolah tak ingin ia pergi dariku. Ah.. baka..!!

"jangan tertawa!!" Malu sekali. Rasanya aku merasakan jantungku memompa aliran darahku ke kepala. Wajahku panas.. Pasti sekarang ini wajahku sangat merah. Tapi aku tak berniat melepaskan pelukanku.

"Dan.. Chii.." kata Yuto melanjutkan. "kau akan menjadi seperti apapun.. Aku takkan pernah meninggalkanmu. Ingat itu ya! Jangan pernah bicara seperti itu lagi padaku.."

"gomen.."

Aku kembali memejamkan mataku dan menyandarkan kepalaku di punggungnya dengan sebuah senyum menghiasi wajahku.
Dan kali ini aku jauh lebih tenang. Berusaha menjauhkan kenangan akan kejadian tadi dari pikiranku. Walau terkadang tampak sekelebat wajah seseorang yang muncul..

Wajah siapa?

Ah.. orang itu.. Dai.. ah.. siapa tadi namanya??

Dai-- Dai--

Dai... ki..?

Daiki..

DAIKI!!!!

Aku terhentak dan dengan segera membuka mataku.

"YUTO-KUN!!"

Terkejut dengan teriakanku yang tiba-tiba, Yuto melepas tangannya yang menopangku dan menjatuhkanku kelantai.

"AAAAHH!!! Gomen, Chii!! kau mengejutkanku!!!"

"ah.. ya.. tak apa.." kataku sambil bangkit dari posisi jatuhku dan membersihkan kumpulan debu yang menempel dicelana olahragaku.

"ada apa?"

"kau ingat laki-laki tadi? yang menolongku..!!"

"ah.. yang mukanya kekanakan itu?"

"ya.."

"kenapa?"

"tadi dia menyentuhku.."

"heh??" Yuto terbelalak. Sepertinya ia langsung tau apa maksud perkataanku.
"Lalu??!!"

"tak ada reaksi.."
"hah?"

"tak ada reaksi!!!!!"

"USOO!!!!!!!" reaksi yang sangat hebat muncul darinya. Dan aku tersenyum dengan memancarkan pandangan penuh harap padanya.

Daiki. .

Aku ingin bertemu dengannya lagi suatu saat nanti. . .

--Chapter 1: End--

Fanfic Shounen-ai part 1F

Pheromone. . .

Sebuah hormon yang terdapat dalam diri manusia. Berfungsi untuk memikat atau menarik perhatian dari lawan jenis.

Tapi berbeda dengan orang-orang normal, aku memiliki suatu kelainan pada hormon pemikat tersebut. Dimana seharusnya orang-orang normal saling memikat lawan jenis mereka.. feromon di diriku hanya dapat bereaksi pada jenisku sendiri.. Laki-laki.

Dan hal fatal lainnya..

Tubuhku tak bisa mengendalikan banyaknya feromon yang keluar. Intinya.. Setiap saat, kapanpun dan dimanapun, tubuhku selalu menyebarkan feromon dengan jumlah yang SANGAT banyak dan menyebabkan setiap laki-laki yang mendekatiku dalam jarak dekat atau saat menyentuhku seakan terhipnotis. Gairah mereka memuncak, pikiran mereka takkan lagi bisa dikendalikan, dan membuat mereka terobsesi untuk mendapatkanku.

Dan itulah yang terjadi pada Takaki..

***********************************************************************************

Hangat.. dan nyaman..
Tak pernah berubah dari saat kami masih kecil. Punggung Yuto selalu membuatku damai. Menghilangkan semua kecemasan dan ketakutanku.

"Yuto-kun..."

"mm? nani??"

"gomen na.. kamu harus menggendongku seperti ini.."

"daijoubu.. kau tidak berat kok..!"

"...tapi kemejamu jadi basah dan kotor.. padahal kau baru saja mandi.."

"da-i-jou-bu!!" katanya dengan penuh penekanan. "aku ngga peduli sama hal-hal remeh seperti ini. Yang terpenting adalah keselamatanmu" kurasakan bibirnya sedikit menyunggingkan senyuman. Tak ingin membiarkanku khawatir.

"hmm~..". Aku membenamkan wajahku pada punggungnya yang lebar. Memejamkan mataku. Ah.. benar-benar hangat dan nyaman..

Dalam pikiranku, aku memutar ulang kejadian ditoilet beberapa menit lalu. Kejadian yang sungguh menakutkan. Membuatku kembali bergidik saat membayangkannya.. Saat ia menyentuh dan mengelus kulitku.. Menciumku.. Menjilatku.. Akh..!!

Tubuhku kembali menegang. Bergetar hebat. Air mata pun mulai mengalir mengikuti kontur wajahku dan membasahi kemeja Yuto. Isakan kecil keluar dari tenggorokanku. Takut.. Aku sangat takut..

Langkah Yuto berhenti pada sebuah anak tangga saat aku mencengkram pundaknya kuat. Sedikit menoleh padaku yang sedang menangis ditengkuknya.
"Maaf, Chii.. Aku gagal menjagamu.." kata Yuto sambil kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti.

"Ini bukan salahmu.."

"ini salahku.." katanya sambil menggelengkan kepala kuat-kuat. "seharusnya aku selalu berada disisimu setiap saat. Menjagamu.."

"kau hanya temanku! bukan pengawalku!!" Tidak suka dengan perkataannya, aku sedikit berteriak di telinganya.

Fanfic Shounen-ai part 1E

"Ta--kaki... kun...?? Uso.." sebuah ungkapan tak percaya keluar dari mulut sang penolongku saat melihat wajah laki-laki itu. Dan seolah tak ingin kalah terkejut, orang yang bernama Takaki itu pun terperanjat dari tempatnya duduk. Membelalakan kedua matanya. Mengeluarkan ekspresi yang sangat kacau.

"Da--.. Daiki.."

Daiki.. Itukah namanya??

"a-apa.. apa yang kau lakukan..!! kenapa kau--.. u-uso.. uso dayo??" Shock. Ia tak sanggup lagi merangkai kalimat yang akan dikeluarkannya menjadi sebuah rangkaian kata yang rancu.

"a-aku.. aku tidak tau.. aku.. oh!! apa yang kulakukan?!!! aku tak bisa mengendalikan diriku..! a-aku... go-gomen...!!"

Haruskah kuberitahukan alasannya pada mereka?

"... tapi bagaimana bisa.. aku mengenalmu!! tak mungkin kau-..!!"

Haruskah ku katakan padanya bahwa si Takaki itu tak sepenuhnya bersalah??

"Chii-chan??!"

Tiba-tiba dari arah pintu dibelakang muncul sebuah panggilan yang terdengar sangat familiar ditelingaku. Suara Yuto-kun.

"kau disini, Chii?? Aku mencarimu--.." menyadari ada sesuatu yang aneh pada diriku, dengan segera ia menghampiriku dan membungkuk disebelahku. Merangkulku yang sedang terduduk lemas. Memandang terkejut pada kedua orang yang berada didekatku.

"Chii.. kau--" ia terdiam. Melihat aku yang begitu kacau. Lusuh. dan basah. Tangannya menggenggam bahuku yang bergetar kencang. Ekspresi wajahnya begitu keras, begitu kalut saat melihatku terisak. Ia marah. Sangat marah.

"Apa yang kalian lakukan padanya?!!!" Yuto meninggikan suaranya. Mencengkram kerah kemeja Daiki. Nyaris memukulnya kalau saja Takaki tak menghentikan tindakan itu. Baru kali ini aku melihatnya begitu menakutkan..

"bu.. bukan dia!! dia tidak melakukan apa-apa! justru dialah yang menolong temanmu itu.." bela Takaki.

"benar itu, Chii?"

Satu anggukan kecil kulakukan disusul dengan lirikan tajam Yuto menuju mata Takaki.

"kau yang melakukannya??"
"...ya..." tak ada bantahan.. Dan hal itu menyebabkan sebuah kepalan keras mendarat tepat di pipi kirinya. Membuatnya terhempas di dinding keramik yang licin.

Aku menarik kaki jenjang Yuto. Berusaha memohon padanya untuk menghentikan tindakan kasar tersebut. Tapi seperti di butakan oleh amarah, Yuto terus mencerca Takaki.

"Yamete, Yuto-kun!!!" aku berteriak. Berusaha agar suaraku dapat menembus tembok amarahnya.

"ini salahku..!! SALAHKU!!! Seharusnya kau tahu itu!!!"

Ya.. semua salahku..

Ini semua karna penyakitku..

-bersambung-

Fanfic Shounen-ai part 1D

PLAK!!!

Satu tamparan mendarat tepat di pipi kananku.

"JANGAN BERTINGKAH!!!!!" bentak Laki-laki itu padaku.


Sakit. . . Tapi aku tak ingin berakhir disini. . .

"Tolong!!!"


TOK!! TOK!! TOKK!!!!!

"Hoii!!! Apa-apan itu!!? siapapun kamu yang sedang didalam. Hentikan itu!!!!!"

"Diam kau!! ini bukan urusanmu!!"

"Bagaimana ini bukan jadi urusanku kalau aku tau kalau kau melakukan pemaksaan seperti itu!! Keluar kau sekarang!!!"

Seolah tidak mau lagi menggubris perkataan laki-laki diluar itu, ia kembali menjamahku dengan lebih kasar. Menciumku. Mencoba untuk menyalurkan hasratnya padaku yang benar-benar hampir tak berdaya.

". . . nnghhh. . he.. hentikan.. HENTIKAN...!!!!!"


BYUUUURR!!

Sesuatu turun dari celah atas toilet membasahi tubuh kami berdua.
Air..?

"Hentikan itu cowok mesum!! cepat buka pintunya!!! atau kau akan kusiram lagi!!!"

Dia terdiam. Menatapku kaget. Matanya yang tadi liar penuh nafsu berubah menjadi mata yang polos dan bingung.

". . . Kenapa aku...?"

Justru akulah yang harusnya bertanya..

Tanpa banyak berfikir, aku pun membuka kunci pintu toilet yang sedaritadi menahanku disini selagi konsentrasinya buyar. Aku bersusah payah mendorongnya dan merapatkannya ke dinding untuk memudahkanku keluar.

KLEK

Berhasil. Aku berhasil membuka kunci malapetaka itu. Tapi sayang, itu adalah sisa tenaga terakhirku. Aku sungguh tidak sanggup lagi berdiri dan pergi dari sana.

Lalu pintu pun terbuka. Dari luar, terlihatlah sosok laki-laki yang sepertinya berumur lebih tua dari pada aku, menatapku terpaku. Raut wajahnya bingung, takut..... dan agak terpukul...

". . Chinen-kun..??"

Dia tau siapa namaku. Dan seperti tersadar dari mimpi buruk, dia cepat memberikanku pertolongan, menarikku keluar dari toilet itu. Menarik lenganku. Menyentuhku...

Oh.. tidak lagi, Tuhan...

Aku memejamkan mataku. Kali ini aku benar-benar pasrah. Menunggu sebuah reaksi ekstrem yang akan muncul dari sang penyelamatku ini. Dan akhirnya ku rasakan tangan hangatnya menyentuh pundakku. Tidak..!!

"Daijoubu?? Chinen-kun??"

Eh??

"Da.... Daijoubu desu...."

Tak ada reaksi??

"benarkah?? wajahmu sedikit memar.."

"ya.. ini tidak terlalu sakit.."

"ah.. yokatta.. Tunggu sebentar disini. Akan ku beri peLajaran duLu si mesum itu!!"

Dia sudah menyentuhku. Benarkah tak ada reaksi?



Mustahil. . . .




--bersambung--