THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Friday, October 22, 2010

[Fanfic] The Red Candy (8)

“a-ahhh… Chii… B-eruntung kau belum tidur… Tolong aku…”

Tanganku mulai bergetar saat aku membuka kedua daun jendela dan membantu Hikaru yang sedang terkapar lemah di beranda untuk masuk kedalam kamar.

Dan bau ini kembali mengusik otak ku.

Warna merah menyala yang mengalir sangat deras dari bagian kepalanya dan menetes dibeberapa bagian tubuhku.

Tidak! Tidak! Tidak!!!!

Aku sudah berjanji pada Yuuto untuk menahan diri!!

“Chii…”

“…ya??”

“boleh aku… minta es batu… dan handuk? Telinga kiri ku… sakit sekali… terasa panas…”

Aku melihatnya. Benda kental itu meluncur deras dari telinga kirinya membasahi semua bagian tubuhnya. Aku hampir tidak menyadari kalau t-shirt yang dipakainya berwarna kuning, bukan merah.
Pendarahan yang sangat parah…

“y-ya … Tunggu sebentar!!”

Aku menuruni tangga menuju dapur rumahku dengan panik.
Dan otakku mendadak penuh. Aku benar-benar baru terbangun dari tidurku karena mimpi buruk yang menyebalkan… dan sekarang Hikaru yang tiba-tiba datang ke rumahku dengan tubuh berlumuran darah. Aku benar-benar belum dapat mencerna itu semua. Apakah ini mimpi??

Tapi bau dan hangatnya darah Hikaru yang terbalur di tanganku mengatakan ini bukan mimpi…

Ya…

Warna merah itu mengalir di tanganku.

Darah Hikaru.

Manis.

Dan aku tidak dapat menepati janjiku pada Yuuto saat aku mulai menempelkan bibirku pada zat cair berbau menyengat itu.

*************************************************

“Hikaru-kun??!!!”

Ia sudah tertelungkup di atas lantai dengan darah yang menggenang di sekelilingnya saat aku kembali ke kamar. Ia meringis menahan rasa sakitnya. Nyaris pingsan kalau saja ia tak mempunyai tekat kuat untuk bertahan. Aku ingin membantu menyeka lukanya dengan handuk dan es batu yang kubawa. Tapi ia menolak. Mengusirku menjauh dan berusaha melakukannya sendirian.

“aku—hhh… lebih baik kau menjauh… aku tak ingin kau melihat ini… tutup—matamu… kumohon… ini akan mengerikan untukmu…” pintanya dengan nafas yang terputus-putus. Mencoba mempertahankan kesadarannya yang berada di ambang batas.

“tidak! Kau sudah pada batasmu. Akan ku bantu!”

“ja-JANGAN!!!”

Ia berteriak. Agak histeris saat aku menyibakan rambutnya yang lengket oleh darah.

Dan ini adalah hal yang paling mengerikan untukku.

Aku menarik nafas tajam.

Tercekat.

Seolah jantungku nyaris berhenti saat melihatnya.

Dan ia menangis.

Hikaru menangis…

“… Hikaru… di-di mana…”

Ia mencapat limit nya, dan pingsan di pelukanku.

Sambil menggenggam erat benda itu.

Telinga kirinya…

Yang hilang di balik rambutnya yang lengket oleh darah.


*************************************************

Apa yang harus ku lakukan…

Apa yang harus ku lakukan sekarang??

Apa??!

“Chii!!!”

Seruan-seruan itu memanggil nama ku diiringi dengan ketukan langkah sepatu mereka yang memburu, membentuk sebuah irama yang tak beraturan. Salah satu dari mereka menabrakkan dirinya padaku. Memelukku erat dengan tubuh yang bergetar hebat.

“…Inoo-chan…?”

Ia menangis.

“Chii…”

Seorang dari mereka lagi menepuk bahu ku dan memanggil namaku dengan suaranya yang tak kalah bergetar dari tubuh Inoochan. Keito.

“… Hikaru…?”

“dia… di kamar. Hampir tak terselamatkan jika saja tidak segera di bawa ke rumah sakit…”

Mereka menghela nafas. Kelegaan tampak dari wajah mereka yang memerah dan sembab. Kuduga, selama perjalanan ke sini, mereka tak henti-hentinya menangis dan berdoa untuk keselamatan Hikaru.

“a… aku mau melihat keadaan Hikaru…!” seru Daichan sambil maju selangkah ke hadapanku. Aku mengangguk meng-iyakan sambil melepas pelukan basah Inoochan dan menyeka air matanya dengan kaus yang kupakai.

“Di dalam masih ada kedua orang tuaku dan dokter. Kalian masuk saja.”

“keluarganya??”

“sebentar lagi akan datang”

Entah mengapa aku merasa ganjil sekali melihat member Hey! Say! JUMP yang tadinya 10 orang sekarang hanya terlihat sedikit sekali. Jadi hanya tersisa 5 dari kami kah??

Aku menegakkan seluruh jemari tanganku dan mulai berhitung sambil memperhatikan mereka semua yang memasuki ruangan bernomor 103 itu satu persatu dari belakang.
Dimulai dari Daichan yang menelan ludahnya dengan berat sebelum melangkah masuk.

Satu…

Keito yang menepuk kedua pipinya, berusaha untuk siap melihat kondisi Hikaru apapun yang telah terjadi padanya.

Dua…

Lalu Inoo yang menarik t-shirt Keito dari belakang dengan genggaman yang sangat erat. Ia masih menangis.

Tiga…

Ditambah Hikaru yang terbaring lemah di dalam. Nyaris mati kekurangan darah kalau saja saat itu orang tua ku tak terbangun karena mendengar jeritanku yang memanggil namanya dan segera melarikannya ke rumah sakit.

Empat…

Dan aku.

Lima…

“…mi-minna …”

Hanya sempat masuk setengah pintu, mereka kembali menoleh kearah panggilanku. Air muka mereka seketika memucat saat aku menanyakan hal yang sedari tadi membuatku ganjil itu.

“… dimana Takaki-kun…?”
*************************************************

1 comments:

ime said...

UPDATE BAAAANG~~~~~!!!! penasaran sapa seeee setannyaaaaa!!!!!!!!!! dugaaan : pasti salah satu memba HSj??????? kalo ternyata tu setan adalah Yuti aka Yuuto,biar aku yang tanganin, kayaknya kecupan domentor bisa ngilangin kesurupan, serahkan padaku. *tendang jaoooh~