THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Friday, October 22, 2010

[Fanfic] The Red Candy (7)

Darah Yuuto mengalir cepat di tenggorokanku.

Dari lengan itu.

Yang telah ku hisap berulang kali.

Tetap terasa segar dan hangat. . .

“kau akan mati kalau begini terus…” aku menatapnya lekat setelah darah yang tersisa di luka goresan nya habis. Hanya tersisa sedikit di ujung bibirku, Yuuto menyapunya dengan ibu jarinya dan menjilatnya.

“ekhh! Apa enaknya ini??!! Huek!!”

“Aku juga tidak tau apa yang enak dari cairan semacam itu… kalau bisa pun aku tidak mau melakukannya…” jawabku datar.

“Aku bisa memberikannya lagi untukmu kalau kau membutuhkannya…”

“Yamete… Aku tidak mau lagi…”

“bohong! Kau pasti akan tak terkendali lagi kalau melihat darah!”

“Aku bisa menahan diri…”

“Tidak! Kau takkan bisa! Aku tidak mau kalau teman-teman yang lain menuduhmu. Karena aku tau… Pembunuh itu bukan kau…”

Aku kembali menatapnya yang sedang duduk di sampingku, meremas erat lengan kemejanya. Ia tersenyum sendu.

“itu bukan aku…”

“ya… itu bukan kau… Dia mengejarku malam itu. Dan aku bertemu kau. Itu bukan kau…” katanya sambil mengusap kepalaku lembut. Membiarkanku bersandar pada lengannya yang kurus namun berotot. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Lalu terdiam.

Mulai berfikir secara acak.

Teringat pada Yamachan, Ryuu, dan Yabu-kun…

Teringat pada mata merah itu.

Teringat pada seringaiannya.

‘Dia’ yang membunuh teman-temanku…

“si pemberi permen itu…”

Kembali aku mengangguk, meng-iya kan. “unn… Dan tadi aku melihatnya berada di antara para pelayat…”

“eh?? Hontou?!!”

“unn… “

“…… Lain kali kalau kau melihatnya, bilang padaku ya… aku ingin sekali menghajar orang itu dan membunuhnya!!”

“aku takut…”

“… daijoubu! Kau tak usah khawatir! Aku yang akan membunuhnya. Kau cukup memberitahuku saja!”

“bukan…”

“eh?”

“dia pasti akan membuatku menjadi sejenisnya… Dia akan membuatku menjadi pembunuh… entah kapan, tapi suatu saat aku pasti akan berubah seperti 'dia'…”

Yuuto terdiam. Terlihat tegang karena tak dapat menemukan satu kalimat pun untuk menenangkanku.

“nee, Yuuto… Apa aku akan menjadi ‘dia’???”

Ia mendekapku. Erat dan hangat. Membuatku mengeluarkan lagi air mataku yang kukira sudah habis.

“kau tidak akan berubah… Selamanya takkan berubah…! Aku percaya itu…”


Dan itu adalah kehangatan Yuuto.


Yang terakhir kalinya kurasakan…

*****************************************************************

“I will be there seekin' for liminality
No destinations to see, I wander
In quiet places so dark as eternity
I'm crying calling your name
I'm searching for you.”


Merah.

Mata itu menatapku lekat.

Dengan darah yang berlumuran pada kedua matanya.

Kedua telinganya.

Mengalir dari hidungnya.

Mulutnya yang menyunggingkan senyum menakutkan.

Ia menunjukku.

Mengucapkan sepatah kata tanpa suara.

"... kamu selanjutnya..."



KRIIIIIIIIIIIIINNNGGGGG

Bunyi alarm di meja belajar ku membangunkan ku dari mimpi buruk itu. Dengan tubuh yang penuh keringat, aku bangkit dari tempat tidur untuk mematikan alarm yang berbunyi pukul 2 pagi.

Sejak kapan aku memasang alarm pukul 2 pagi??

"hhh... mimpi...?"

ya... Mimpi...

Mimpi yang sangat buruk...

Dan aku tetap berharap kabar tentang kematian Yuuto dua hari yang lalu juga hanyalah mimpi buruk ku.


tok tok

Dua ketukan pada kaca jendela kamar ku memecah keheningan pagi itu. Aku membuka tirai dengan perlahan. Entah mengapa aku bisa merasakan detak jantungku menggema di otak.

Dan warna merah itu muncul kembali di depan mataku ku.

Menetes dari rambutnya yang berwarna coklat.

Menodai kaca jendela kamar ku dan membuat tenggorokan ku tercekat.

Entah karena bau amis menyengat ini... atau wajah di balik jendela itu...


"HIKARU-KUN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"



- bersambung -



maaf atas kekurangan di part yg ini.
berasa ga menarik banget. ga ada tegang2'a..
hhh..

gomen naa! TwT

0 comments: