THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Wednesday, April 14, 2010

[Fanfic] The Red Candy (3)

Sunyi.

Ruangan berisi delapan orang anak yang biasanya tak pernah sepi dari keributan ini mendadak sepi hari ini.

Mereka berdua telah tiada. Yama-chan dan Ryutaro.

Sepi.

Tanpa ada suara langkah kaki mereka yang saling berkejaran.

Sunyi.

Tidak ada suara teriakan mereka.

Sepi.

Tidak ada tawa canda mereka.

Sunyi.

Tidak ada wangi khas mereka.


Hanya ada air mata kami di sini.

Hanya ada isakan tangis kami di sini.


Tak ada lagi Hey! Say! JUMP di sini.......


Yuuto, dengan matanya yang telah membengkak terus memeluk majalah di mana ia berfoto bertiga dengan Yamachan dan Ryuu. Ia tak bisa menghentikan tangisannya tapi berusaha untuk menghentikannya dengan mengigit bibirnya kencang. Menyebabkan darah mengucur deras dari bibirnya.

Darah.

Merah.

Hangat dengan wangi yang menyenangkan.

Tidak! Inoochan! Jangan seka darahnya!!


Aku....


"ak-aku... ingin ke kamar mandi dulu..." ucap Yuuto dengan terbata-bata.

Aku mengikuti langkahnya dari belakang.

--------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

"Chii!!"

Aku menarik tubuh tinggi itu masuk ke dalam salah satu toilet yang kosong dan mendudukannya agar lebih sejajar denganku. Yuuto mengeluh pelan tetapi tak melawan. Membuatku dapat lebih mudah mendapatkannya.

"Apa yang akan kau lakukan, Chii??"

Merah.

Darah.

Terlihat begitu segar saat warna merah itu mengalir di bibir, dagu dan lehernya.

"ch-chotto!! Chii!! Aku laki-laki!!"

Aku tak peduli pada itu.. yang kuinginkan saat ini hanya warna merah segar miliknya.

Dan aku mendapatkannya.

Ku mulai dengan membuka kancing atas kemeja hitamnya. Menghisap dan menjilat bagian dada hingga lehernya yang putih. Tak memperdulikan keluhan lemahnya sampai akhirnya aku mulai melumat bibir bagian bawahnya yang terluka.

"Chii..." panggilnya dengan suara parau. Aku diam, berusaha tak memperdulikan dan terus menghisap darah yang masih mengucur deras dari robekan bibirnya.

"Yamachan sudah tidak ada.. Ryuu juga..." lanjutnya.

Aku bergeming. Menghentikan kegiatan menghisap-ku.

"Kau pasti merasa kesepian sekarang ini...." ucapnya sambil menarik tanganku dan membuat tubuhku jatuh di pelukan tubuhnya yang jauh lebuh besar.

"Aku juga... Aku tak bisa berhenti untuk menangis... Tidak bisa... Mungkin kau berfikir aku ini cengeng. Ya... Dan aku memang cengeng... Tapi aku tak bisa berhenti memikirkan mereka, Chii... Tidak bisa..."

Hangat. Sesuatu yang hangat menetes di punggungku.

Darah.

Merah.

Dan air mata.

Menetes di punggungku.

Terasa hangat tapi memilukan.

Membuatku air mataku terjatuh pada bahu Yuuto yang lebar.

Dan kami terisak. Menangis menjadi-jadi.

Dalam toilet dengan dinding yang berwarna merah.

0 comments: